FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Sulawesi menjadi lumbung energi bersih. Sebanyak 34 persen setrum yang dialirkan ke pelanggan, bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT).
Sumber energi terbarukan dari Sulawesi berasal dari PLTA Poso, PLTA Bakaru, PLTA Malea, dan PLTA Bili-bili. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ini menyumbang hingga 33 persen dari total pasokan listrik Sulawesi bagian selatan (Sulbagsel).
Sumber EBT lainnya, PLN panen setrum dari kebun angin di PLTB Sidrap sebanyak 70 MW dan PLTB Tolo Jeneponto dengan kapasitas 60 MW. Terbaru, ada pasokan setrum dari PLTS di Kabupaten Selayar sebesar 25 MW. Namun setrum dari PLTB dan PLTS masih kecil.
Dominasi EBT bukan tanpa masalah. Justru masalahnya dirasakan sekarang. Pemadaman bergiliri terjadi setiap hari. Pemicunya, debit air di area PLTA menurun drastis akibat kemarau panjang.
Pakar Energi Universitas Hasanuddin (Unhas) Musri, mengatakan bahwa yang namanya peristiwa alam, ada yang bisa diprediksi dan ada tidak terprediksi. Kasus kemarau yang menyebabkan debit air di waduk turun sebetulnyabisa di prediksi. El Nino itu bisa diprediksi.
“Artinya sejauh mana penyusutannya yang kemudian tidak mampu memenuhi pasokan listrik. Jadi ini adalah salah satu akibat daripada energi kita yang memang di Sulawesi sistem listrik distribusi bagian Selatan itu bertumpu kepada
PLTA,” katanya, Jumat, 11 November.
Menurut Musri memindahkan distribusi listrik dari PLTA menjadi pembangkit yang lain tidak mudah. Butuh waktu lama. Apalagi harganya belum bisa bersaing.